“The Secret gives all the things you want: wealth, health, and happiness.” (Bob Proctor)
Petikan di atas merupakan kalimat pembuka pada bab pertama buku ”The Secret” gubahan Rhonda Byrne, yang mendokumentasikan pendapat para ahli dan profesional dalam bidang-bidang fisika kuantum, psikologi, metafisika, pelatihan (coaching), teologi, filosofi, keuangan, fengshui, kedokteran, serta pengembangan diri mengenai rahasia (secret) terbesar di dunia: Hukum Tarik-menarik (The Law of Attraction).
Dalam kurun waktu 1 tahun ini ”The Secret”, yang digubah dalam sebuah film dokumenter dan buku, telah menarik banyak perhatian dan diperbincangkan, terutama dalam pelatihan dan seminar-seminar motivasi. Dimana prinsip "Hukum Tarik-menarik" membuat perasaan dan pikiran seseorang menjadi nyata dalam kehidupan mereka; Semesta (The Universe) bekerja di antara manusia dalam hubungan fisik, emosi, dan pekerjaan sehari-hari.
Sebenarnya apa yang menjadi dipaparkan dalam film dokumenter dan buku tersebut mengenai Hukum Tarik-menarik bukanlah menjadi hal yang sama sekali baru, namun dengan pemaparan metafora dan cukup provokatif telah membuat ”The Secret” menjadi tema lama dalam kemasan baru yang sangat efektif digunakan dalam membangun pengembangan diri dan motivasi. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, sebenarnya memang seperti inilah pengembangan diri dan motivasi dibentuk; sebuah perulang-ulangan konteks yang sebenarnya hanya itu-itu saja (setidak-tidaknya lebih dari satu orang mengatakan hal ini kepada saya), namun ironisnya pula tetap dibutuhkan manusia secara berulang-ulang, sehingga sebuah kemasan baru mempunyai efektivitas yang tinggi dalam memaparkan sebuah wacana lama yang tidak kadaluarsa.
Dalam narasi awal film dokumenter tersebut dan dalam bab pendahuluan pada bukunya, secara terbuka Rhonda Byrne mengakui hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru, namun merupakan ”rahasia masa lampau yang disembunyikan oleh orang-orang besar yang berhasil setelah mempraktekannya”. Ia terinspirasi pada tenggat waktu satu tahun sebelum film dokumenter itu dibuat, dimana ia mengalami depresi besar saat ayahnya meninggal, hubungannya dengan orang-orang lain berantakan, dan ia kewalahan dalam kerjanya. Saat itu ia menerima sebuah buku yang dihadiahkan oleh salah seorang putrinya, buku berusia seratus tahun yang memuat kilasan sebuah Rahasia Besar-Rahasia Kehidupan. Meskipun ia tidak menjelaskan buku apa yang dimaksud, kemungkinan buku tersebut adalah "The Science of Getting Rich" (Ilmu untuk Menjadi Kaya) karangan Wallace D. Wattles tahun 1910 atau Master Key System (Sistem Kunci Utama) karangan Charles F. Haanel tahun 1912. (E-book kedua buku tersebut dapat di-download pada website resmi “The Secret”: www.thesecret.tv).
Law of Attraction (LoA) telah menjadi pembahasan yang telah lama diungkap, dimana sebab akibat dari hukum tarik-menarik dapat dijelaskan menurut logika fisika kuantum. Sebelum ”The Secret” diluncurkan, tahun 2006 di Indonesia telah tercetus prinsip “Mestakung” (Semesta Mendukung) oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D dalam bukunya “Mestakung – Rahasia Sukses Juara Dunia Olimpiade Fisika” yang mempunyai gagasan serupa dan dialaminya sendiri saat membawa tim Indonesia menjadi juara dunia Olimpiade Fisika Internasional di Singapura tahun 2006.
Menurut “The Secret”, segala sesuatunya adalah energi, termasuk manusia sebagai makhluk spiritual. Lebih lanjut lagi, manusia sebagai salah satu bentuk energi mempunyai daya magnetis untuk menarik energi lain secara elektris dan membawa diri sendiri ke energi lain tersebut secara elektris pula. Melalui prinsip tersebut, maka manusia sebenarnya mampu mencapai apa saja yang ia inginkan dan menciptakan masa depannya sendiri hanya dengan memikirkannya terlebih dahulu melalui 3 langkah sederhana sebagai berikut:
Pertama, adalah “Meminta” (“Ask”). Secara metaforis hal ini disebut sebagai meminta apa yang diinginkan kepada semesta dan dilakukan dengan mengetahui secara detil apa yang diinginkan serta memvisualisasikannya ke dalam pikiran.
Kedua, adalah ”Percaya” (”Believe”). Langkah ini dilakukan dengan melibatkan tindakan, pembicaraan, dan pemikiran seakan-akan manusia sudah menerima apa yang ia minta. Bahkan untuk memulainya, manusia haruslah berpura-pura sebagaimana ia sudah mendapatkannya.
Ketiga adalah ”Menerima” (”Receive”). Langkah ini melibatkan perasaan seperti yang dirasakan saat keinginan tersebut telah terwujud, yaitu rasa syukur dan bahagia karena sedang menerima apa yang diharapkannya.
Lebih lanjut lagi, ”The Secret” menjabarkan dalam proses pengharapan, manusia tidaklah perlu menemukan dan memikirkan bagaimana caranya itu akan dapat terwujud namun menyerahkannya saja pada Semesta (Universe).
Seperti yang telah saya ungkapkan di atas, terlepas dari hal yang mana sebenarnya ide ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru, menurut hemat saya ”The Secret” sangat memberikan kontribusi positif dalam pembentukan diri dan pengembangan motivasi yang mengarahkan manusia untuk tidak pernah berpikir untuk berputus asa dalam menjalani hidup ini. Namun seperti layaknya sebuah ide, pemahaman tentang apa yang termuat dalam ”The Secret” sangat rentan sekali untuk disalahtafsirkan (bahkan sebuah kitab suci pun pula dapat menimbulkan tafsiran yang salah bagi sebagian orang). Penjabaran ”The Secret” yang metaforis dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda (kalau saya tidak boleh menyebutnya dengan istilah ”keliru”). Berikut beberapa catatan dan opini pribadi saya sehubungan dengan itu:
Pertama, kegiatan visualisasi diri yang dianjurkan ”The Secret” dalam langkah pertama yaitu ”Meminta” (”Ask”) sama seperti arah motivasi manusia dalam kajian ilmu Neuro Linguistic Programming / NLP (ilmu untuk memasukkan kata-kata ke dalam pikiran manusia) yaitu ”gaining pleasure” (mencari kesenangan). Namun masih terdapat satu hal lagi arah motivasi manusia yang tidak diungkap, yaitu ”avoiding pain” (menghindari kesengsaraan).
Bagi beberapa kalangan, hal ini mungkin membingungkan saat ”The Secret” menyatakan bahwa Hukum Tarik-menarik tidak memperhitungkan kata ”jangan” atau ”tidak” atau ”bukan”, sehingga ketika manusia mengatakan kata-kata penolakan, kata-kata inilah yang diterima oleh Hukum Tarik-menarik.
Pendapat tersebut sesungguhnya benar adanya, dan diyakini pula dalam NLP yang mana memahami bahwa pikiran bawah sadar manusia tidak mampu memfilter kata ”jangan”, ”tidak”, ataupun ”bukan”. Namun dalam pembangunan motivasi manusia, kegiatan ”avoiding pain” merupakan arah tindakan yang tetap berguna, bahkan bagi sebagian orang lebih efektif untuk dilakukan.
Lalu bagaimanakah yang terjadi saat dalam seminar dan pelatihan motivasi, sering dilakukan kegiatan meditasi atau hipnoterapi yang juga menitikberatkan kegiatan ”avoiding pain”? Sebenarnya tidak ada yang salah ataupun bertentangan dalam hal ini, dengan catatan ”avoiding pain” dilakukan terlebih dahulu pada sesi awal kegiatan meditasi atau hipnoterapi tersebut, baru sesudahnya penitikberatan pikiran dialihkan ke kegiatan ”gaining pleasure”. Sehingga tindakan ”avoiding pain” tidak mengendap dalam pikiran bawah sadar manusia dan segera digantikan oleh ”gaining pleasure”, sehingga kembali bersesuaian dengan Hukum Tarik-menarik yang diharapkan.
Kedua, ”The Secret” tidak mengungkap secara jelas proses pengharapan yang layaknya diwujudkan pula dengan tindakan realistis untuk meraih harapan yang diinginkan. Penjabaran yang menyatakan bahwa manusia tidaklah perlu menemukan dan memikirkan caranya mengundang potensi untuk ditafsirkan tidak adanya ”tindakan” (action) dari masing-masing individu yang melakukannya.
Seperti yang diungkapkan oleh pakar motivasi Anthony Robbins mengenai pencapaian pribadi lewat bukunya ”Unlimited Power” sedianya harus terdapat sebuah lingkaran tak terputus yang terbentuk lewat proses ”Kepercayaan” (Belief), Potensi (Potent), Tindakan (Action), dan Hasil-hasil (Results) yang akan menumbuhkan lagi kepercayaan tersebut.
Meskipun proses Tindakan (Action) yang seharusnya menjadi proses wajib tersebut tidak dimuat dalam ”The Secret”, bukan berarti “The Secret” tidak menganjurkannya. Terlebih lagi meskipun manusia tidak perlu memikirkan cara bagaimana itu dapat terwujud, bukan berarti manusia tidak perlu mengusahakannya. Sebagai catatan, definisi langkah kedua yaitu ”Percaya” (”Believe”) yang telah disebutkan di atas adalah melibatkan tindakan, pembicaraan, dan pemikiran seakan-akan manusia sudah menerima apa yang ia minta. Patut digarisbawahi secara jelas kata ”tindakan” untuk tidak menyesatkan kita dalam hal ini.
Ketiga, langkah ”Percaya” (”Believe”) dalam "The Secret, apabila tidak dipahami dengan baik bahkan dapat menimbulkan efek kontradiktif dari pemikiran bawah sadar manusia itu sendiri dan mengakibatkan kegagalan. Menurut Michael J. Losier, seorang trainer dan praktisi Neuro Linguistic Programming / NLP dalam bukunya yang berjudul ”Law of Attraction”, Hukum Tarik-menarik akan selalu merespon gerakan yang didasari oleh perasaan subjek pelaku, bukan oleh kata-kata yang diucapkan. Maka subjek pelaku perlu menyadari pula getaran pikiran yang ditimbulkan dari kata-katanya, apakah merupakan getaran yang menimbulkan nuansa positif bagi pikiran, ataukah getaran yang sebaliknya menimbulkan nuansa negatif.
Oleh karenanya, meskipun teknik afirmasi (mengucapkan kata-kata positif untuk membangun diri) tetap penting pula dan merupakan bagian dari teori NLP, sedianya patut diperhatikan pula bahwa sebuah penegasan / kata-kata (afirmasi) positif pun mampu memberikan getaran yang negatif kepada subjek pelaku. Sebagai solusinya, Michael J. Losier menganjurkan untuk menambahkan kata-kata: ”Saya sedang dalam proses...”
Penegasan Michael J. Losier tersebut seakan-akan tidak mendukung adanya kegiatan ”berpura-pura” yang dianjurkan dalam ”The Secret”. Kata-kata ”sedang dalam proses...” akan melemahkan kegiatan untuk ”berpura-pura seakan-akan pelaku sudah mendapatkannya”.
Menurut pendapat saya pribadi, meskipun hal ini tetap saja dapat diperdebatkan, tidak ada yang bertentangan dalam kedua ide tersebut. Ide Michael J. Losier diungkapkan sebagai solusi saat teknik afirmasi tersebut mengalami pertentangan dari pikiran bawah sadar si pelaku, sementara kegiatan afirmasi sendiri sebenarnya dilakukan untuk merekayasa pikiran bawah sadar manusia. Apa yang terjadi saat pikiran bawah sadar manusia menolak secara serta-merta afirmasi yang diberikan? Michael J. Losier lebih memberikan saran untuk melakukan tindakan persuasif terhadap pikiran bawah sadar dengan menstimulasi perlahan-lahan; sementara stimulasi tersebut dititikberatkan oleh ”The Secret” melalui langkah ketiga, ”Menerima” (”Receive”), yang mana subjek pelaku haruslah melibatkan perasaan seperti yang dirasakan saat keinginan tersebut telah terwujud. Perasaan yang dilibatkan ini, yaitu rasa syukur dan bahagia, akan membuka pikiran bawah sadar manusia untuk menerima afirmasi yang diberikan.
Keempat, kalimat bahwa hukum tarik-menarik tidak pernah meleset dan tidak terkecuali dapat menimbulkan pemikiran bahwa apapun yang akan kita pikirkan pasti terlaksana. Sadar ataupun tidak, pernyataan ini dapat menimbulkan sikap fanatisme berlebihan dari pelaku dan bahkan ekspetasi yang berlebihan pula.
Hal yang patut mendapat catatan dan perlu dijadikan dasar pemikiran adalah pernyataan lebih lanjut dari ”The Secret” lewat kalimat Dr Joe Vitale: ”Saya tidak memiliki buku aturan yang mengatakan bahwa mereka akan membutuhkan waktu 30 menit atau 3 hari atau 30 hari. Ini adalah soal penyelarasan Anda dengan Semesta sendiri.”
Ini selayaknya memberikan makna yang sama yang selalu didengung-dengungkan oleh banyak motivator: ”Dalam menjalani hidup ini, sebenarnya Anda tidak pernah gagal. Masalahnya hanyalah waktu.”
Terakhir, patut dicermati pula pernyataan dalam bab 9 ”The Secret” berjudul “The Secret to the YOU” (“Rahasia Anda”) yang memuat definisi “Universe” (Semesta) yang dihubungkan secara keilahian dengan individu manusia sendiri. Hal ini menjadi filosofi terdalam yang menyangkut eksistensi manusia dan hubungannya dengan Semesta, dan tentu saja cukup rentan saat ditubrukkan secara harafiah ke religi masing-masing.
Saya tidak membahas ini secara mendalam karena hanya akan mengundang perdebatan dan polemik tiada akhir; namun saya pribadi merasakan tidak ada hal yang perlu menjadi kontroversi dalam pembahasan bab ini, bahkan menurut pengamatan (sementara) saya terhadap sudut religi manapun. Malahan, ”The Secret” saya anggap mampu menggambarkan perwujudan manusia dan hubungan dinamisnya dengan causa prima Pencipta secara cerdas dan filosofis tanpa harus bersinggungan secara keras dengan kepercayaan masing-masing.
Namun bagaimanapun juga, hal yang seperti ini tetap saja potensial untuk menjadi kontroversi. Saran saya, pembaca, pergunakanlah akal sehat dan nurani jernih saat mempertimbangkan filosofi ”The Secret” pada bab ini. Apabila ternyata itu tidak bersesuaian dengan hati Anda, tinggalkanlah saja bab ini dan Anda tetap dapat memperoleh manfaat tanpa harus mengindahkan filosofi yang tidak bersesuaian tersebut.
Selamat menikmati Hukum Tarik-menarik!
Catatan:
Materi ringkasan ”The Secret” dalam PowerPoint Slide dapat Anda download lewat URL: http://www.freedrive.com/file/204519
Behind "The Secret"
Posted by Willy Wong at 1:55 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment