“We all have ability. The difference is how to use it.” (Stevie Wonder)
Pembaca, jangan menyalahkan saya karena lagi-lagi saya "terpaksa" harus membahas kembali masalah ”Law of Attraction” dalam kaitannya pula dengan film dokumenter dan buku ”The Secret” lewat tulisan saya kali ini. Masalahnya, dalam satu tahun terakhir ini, topik ini selalu saja berhasil meng-attract (menarik) minat orang-orang yang haus akan motivasi dan proses pencarian makna serta tujuan dalam menjalani kehidupan yang sangat berharga ini.
Akibatnya, hal-hal baru yang berkaitan dengan topik ini selalu saja saya temukan pula, sehingga saya merasa perlu untuk menuangkan ide-ide menarik yang saya anggap memiliki keterkaitan dengan “Law of Attraction” tersebut dan mendukung pengungkapan “The Secret” secara lebih mendalam.
Dalam tulisan saya sebelum ini, yang berjudul “Behind ‘The Secret’”, terdapat sedikit pembahasan mengenai ketidaksesuaian ide dalam menjalankan langkah-langkah pemanfaatan “Law of Attraction” antara Michael J. Losier dalam bukunya yang berjudul sama dengan “The Secret”.
Menurut Michael J. Losier, ”Law of Attraction” akan selalu merespon gerakan yang didasari oleh perasaan subjek pelaku, bukan oleh kata-kata yang diucapkan. Maka subjek pelaku perlu menyadari pula getaran pikiran yang ditimbulkan dari kata-katanya, apakah merupakan getaran yang menimbulkan nuansa positif bagi pikiran, ataukah getaran yang sebaliknya menimbulkan nuansa negatif.
Oleh karenanya, meskipun teknik afirmasi (mengucapkan kata-kata positif untuk membangun diri) tetap penting pula dan merupakan bagian dari teori NLP, sedianya patut diperhatikan pula bahwa sebuah penegasan / kata-kata (afirmasi) positif pun mampu memberikan getaran yang negatif kepada subjek pelaku. Sebagai solusinya, Michael J. Losier menganjurkan untuk menambahkan kata-kata: ”Saya sedang dalam proses...”
Penegasan Michael J. Losier tersebut seakan-akan tidak mendukung adanya kegiatan ”berpura-pura” yang dianjurkan dalam ”The Secret”. Kata-kata ”sedang dalam proses...” akan melemahkan kegiatan untuk ”berpura-pura seakan-akan pelaku sudah mendapatkannya”.
Meskipun dalam tulisan sebelumnya saya mempunyai pendapat bahwa kedua ide tersebut secara prinsipal tidak bertentangan, saya akui pula bahwa argumen yang saya berikan masih cukup lemah untuk diperdebatkan kembali. Namun baru-baru ini saya akhirnya dapat menemukan sebuah pendapat yang lebih mampu untuk ”menjembatani” kedua ide yang tampaknya saling bertentangan tersebut.
Pendapat yang sungguh menarik ini diungkapkan oleh Adi W. Gunawan, The Re-Educator & Mind Navigator, dalam bukunya yang berjudul ”The Secret of Mindset”. Dalam buku tersebut diungkapkan cara mengubah belief lewat tindakan afirmasi dan visualisasi, yang akan berjalan dengan efektif apabila tindakan tersebut berhasil masuk ke dalam pikiran bawah sadar (subconscious mind) untuk kemudian diterima, dimengerti, dan terintegrasi.
Salah satu teknik yang dahsyat untuk bisa menjangkau pikiran bawah sadar tersebut adalah Synergetic Approach, yang terdiri dari 6 komponen yang saling terkait, yaitu: percaya (belief), penguatan (positive reinforcement), bahasa simbolik (symbolic language), ideomotor response, tiga puluh menit yang ajaib (the magic 30 minutes), dan precognitive dream.
Komponen pertama yaitu ”percaya”, yang menitikberatkan pada rasa percaya bahwa kita bisa berubah, menjadi landasan bagi bekerjanya komponen berikutnya. Pikiran bawah sadar bekerja berdasarkan program yang spesifik dan akan selalu mencapai setiap tujuan yang telah diprogramkan ke dalamnya.
Komponen kedua adalah penguatan atau positive reinforcement. Penguatan ini harus dilakukan tiap hari, idealnya 21 kali berturut-turut dalam kondisi hipnosis. Jadi apabila dalam kondisi hipnosis saja butuh 21 kali penguatan atau repetisi, apabila penguatan dilakukan dalam kondisi sadar bisa membutuhkan ratusan kali lamanya.
Komponen ketiga yaitu bahasa simbolik. Maksudnya adalah saat melakukan afirmasi / visualisasi, hendaknya kita mempunyai simbol yang mewakili hal yang kita pikirkan sehingga mampu dicerna dengan lebih mudah oleh pikiran bawah sadar.
Komponen keempat adalah ideomotor response, dan yang digunakan dalam teknik ini adalah tulisan tangan tegak bersambung, bukan diketik dengan komputer. Ini karena saat kita menulis, informasi yang kita tuliskan menembus filter pikiran sadar dan langsung masuk ke pikiran bawah sadar. Pikiran sadar kita mungkin menolak informasi yang kita masukkan ke pikiran bawah sadar, namun penolakan ini dapat kita atasi dengan menggunakan tulisan tangan. Suka atau tidak suka, begitu kita tulis, informasi itu akan langsung masuk ke pikiran bawah sadar.
Komponen yang kelima yaitu 30 menit yang ajaib atau "the magic of 30 minutes". Seperti yang telah dibahas dalam komponen kedua, sebuah kondisi yang paling kondusif untuk memasukkan sugesti atau afirmasi adalah dalam kondisi hipnosis. Bagaimana jika kita tidak mendalami hipnosis? Ada satu momen yang bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai kondisi yang mirip dengan kondisi waktu hipnosis, yaitu waktu menjelang kita tidur. Tepatnya 30 menit sebelum kita tidur. Momen ini disebut ajaib karena merupakan celah sempit dalam koridor waktu sadar kita yang terjadi secara alamiah dan dapat dimanfaatkan untuk menembus pikiran bawah sadar dengan sangat mudah.
Komponen yang keenam yaitu precognitive dream, merupakan kelanjutan proses yang berkaitan erat dengan komponen kelima dimana terbentuk sebuah mimpi yang mampu diproses dan diintegrasikan ke dalam pikiran bawah sadar kita. Mimpi ini bisa dibentuk oleh informasi yang kita masukkan ke pikiran saat 30 menit yang ajaib. Syaratnya, kegiatan lain tidak boleh dilakukan setelah kita menuliskan afirmasi kita sebelum tidur.
Teknik Synergetic Approach ini dapat menjadi jawaban bagaimana cara kita menghindari kemungkinan adanya getaran buruk dari yang ditimbulkan oleh afirmasi yang kita lakukan, seperti yang dikuatirkan oleh Michael J. Losier. Jadi dengan adanya teknik ini tampaknya kita tidak perlu lagi memperlemah afirmasi yang kita lakukan dengan mengucapkan kalimat: ”Saya sedang dalam proses.....”, sehingga kita dapat leluasa melakukan afirmasi dengan berpura-pura seakan-akan pelaku sudah mendapatkannya tanpa harus mengkhawatirkan reaksi perlawanan dari pikiran bawah sadar.
Sebuah solusi cerdas yang diungkapkan kembali oleh seorang pakar hipnosis negeri kita sendiri!
Synergetic Approach for Subconscious Mind
Posted by Willy Wong at 2:42 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment